Tentang Kami
NARAPIDANA!!!!
Sudah pasti yang terlintas di dalam bayangan semua orang adalah penjahat, pembunuh, dan pastinya harus di jauhi. Bagi masyarakat, menjauhi mereka adalah tindakan yang tepat karena seyogyanya itu yang sudah terbenam didalam pikiran kita. Bagi kami relawan WIBER, itu adalah hal yang tabu, kenapa harus di jauhi? sudah pantaskan kita menyamaratakan narapidana sebagai si bengis? Jangan berfikir terlalu dangkal, hanya 1:9 orang yag mengetahui bahwa tidak semua narapidana adalah penjahat, khususnya di LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak), banyak narapidana anak yang sebenarnya adalah korban. Mereka adalah korban dari lingkungan yang tidak baik, korban himpitan ekonomi, korban untuk dapat mempertahankan hidup mereka sendiri. Menelaah dari latar belakang mereka, dari sanalah kami membentuk sebuah Wadah untuk dapat berbagi dengan anak-anak yang minim wawasan dan keterampilan agar dapat bertahan hidup di tengah masyarakat.
Wadah Indonesia Berbagi berdiri pada tahun 2017 di Kendari. Komunitas ini dimulai dari Program Hibah Cipta Perdamaian dari Kedutaan Denmark di Indonesia yang berfokus kepada pendidikan dan pembinaan warga LPP (Lapas Pembinaan Perempuan) dan LPKA ( Lembaga Pembinaan Khusus Anak). Kala itu, pihak kedutaan Denmark menggandeng 5 tim relawan untuk membantu selama satu bulan, salah satu dari mereka adalah Gabby Mayangsari. Dia adalah aktivis sosial yang perduli dengan anak – anak dan sangat ingin membangun komunitas untuk membuat suatu perubahan di masyarakat.
Di satu siang saat memberikan materi, tim relawan meminta bantuan adik – adik LPKA Kendari untuk menuliskan nama mereka di selembar kertas. Naas, hanya 15 orang dari 26 orang yang menulis nama meraka di kertas tersebut. Lalu kenapa? ternyata saat di tanya oleh relawan, ke 11 orang lainnya tidak dapat membaca ataupun menulis. Sungguh miris, dijaman yang serba canggih, ternyata masih banyak anak – anak yang tertinggal jauh dari teman sebayanya. Tidak hanya tidak bisa membaca dan menulis, ternyata anak – anak ini memiliki kisah pilu yang dibeberkannya kepada para relawan. Salah satu anak LPKA Kendari bercerita bahwa ia merasa telah dibuang oleh keluarganya karena telah mencoreng nama baik mereka. Lalu apa yang akan di lakukannya nanti setelah keluar dari tahanan? dengan ringannya ia menjawab, tentunya saya akan kembali lagi kesini kak, karena hanya disinilah keluarga saya, tempat saya merasa di anggap dan di hargai.Sayaakan berbuat kejahatan lagi sehingga saya akan segera kembali ke LPKA ini, dimana teman – teman saya berada.
Menilik dari pengalaman – pengalaman pada saat mengajar di LPKA Kendari, pada bulan April 2017, Gabby Mayangsari merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu anak – anak tersebut dengan mengajak 2 rekan relawan untuk mendirikan sebuah komunitas yang perduli terhadap nasib narapidana anak. Kini sudah ada 3 daerah yang memiliki tim WIBERnya sendiri, yaitu WIBER Chapter Kendari yang di ketuai Riqar Manaba, WIBER Chapter Lampung yang di ketuai oleh Retty Dwi Putri dan WIBER Chapter Bali yang di ketuai oleh Gabby Mayangsari. (*RTY)